Cerita dimulai ketika Ibu Sri mendapat kabar bahwa anak gadisnya akan segera menikah. Tak ada yang lebih membahagiakan seorang baginya daripada kabar bahwa anak gadisnya akan segera mendpat kehidupan baru dengan pria baik yang dicintainya.
Sebelum melangkah lebih jauh, kayaknya saya harus beritahu dulu, kalau Ibu Sri memiliki tiga gadis yang belum juga menikah di usia matang mereka. Emma 35 tahun, Meri 30 tahun, dan Lisa 29 tahun. Dia sangat menyukai novel-novel karya Jane Austen dan berpendapat semua masalah percintaan anak-anaknya dapat mengambil suri tauladan yang tersirat dalam novel-novel itu. Namun seperti nasib kebanyakan gadis lajang, cinta tak selalu bersatu dan jodoh tak ada yang tahu. Kini Ibu Sri tak bisa hanya menasihati. Dia harus melakukan sesuatu untuk menolong gadis-gadisnya. Mereka harus melalui derita penyesalan, memaknai kejadian, mengubah keyakinan, dan mengikhlaskan harapan, berharap bahagia akan muncul dalam bentuk pernikahan. Dan buku Jane Austen pun hadir memperlancar proses pendewasaan.